ANALISIS UNSUR INTRINSIK
CERPEN “KADO ISTIMEWA” KARYA JUJUR PRANANTO
Tema : Kegigihan seorang ibu yang ingin bertemu dengan teman
lamanya
Amanat : - Kita harus
menghargai pemberian dari orang lain
-
Bila kita sukses janganlah kita sombong
-
Kita jangan mudah melupakan orang lain
Alur : Maju
Perkenalan : Bu
Kustiyah bertekad bulat menghadiri resepsi pernikahan putra Pak Hargi. Tidak
bisa tidak. Apapun hambatannya. Berapapun biayanya. Ini sudah jadi niatannya sejak
lama. Bahwa suatu saat nanti, kalau Pak Gi mantu ataupun ngunduh mantu, Bu
Kustiyah akan datang mengucapkan selamat. Pak Hargi adalah atasan Bu Kustiyah
yang ia hormati.
Konflik : “Bukan
begitu, Bu.” Wawuk sedikit ragu melanjutkan ucapannya. “Ibu ‘kan... tidak
diundang”
“Lho kalau
tidak pakai undangan apa ya lalu ditolak?”
“Ya, tidak.
Tapi siapa tahu nanti ada pembagian tempat, man yang VIP mana yang biasa.”
“Ah kayak
nonton wayang orang saja pakai vip-vipan segala.”
Klimaks :
Rupanya Bu Kus tidak bisa menahan diri, menubruk tangan Pak Gi, mencium tangan
itu dan menangis terisak-isak. ”Kustiyah, Pak Gi. Saya Kustiyah. Dapur umum.”
Pak Gi
sempat mengerutkan keningnya, tetapi kemudian cepat menguasai keadaan,
mengesankan ia sudah terbiasa menghadapi situasi seperti ini. “Ooo... Ya, ya.
Terima kasih lho.”
Antiklimaks :
Selesai menyalami semuanya Bu Kus akhirnya meninggalkan pelaminan. Antrean
berjalan lagi setelah beberapa saat mengalami kemacetan.
Penyelesaian :
Semua perhatian berpusat di sebuah kado berbungkus kertas coklat.
Di berbagai
sudutnya nampak basah. Kado itu pun dibuka. Mereka tak tahu apa nama makanan
dalam nampan anyaman bambu yang ditutup kain putih berbordir itu, sebab rupanya
sudah tak karuan dan berjamur di sana sini. Ada selembar kertas bertulisan
tangan yang sulit terbaca karena tintanya sudah menyebar kena lelehan gula
merah.
Latar : Tengah hari di rumah
“Lewat
tengah hari, selesai makan siang, Bu Kus sudah tak betah lagi tinggal di
rumah.”
Siang hari
di stasiun
“Belum ada
pukul tiga, Bu Kus sudah duduk di peron stasiun, padahal kereta ekonomi jurusan
Jakarta baru berangkat pukul enam sore nanti.”
Di Jakarta
“Dan memang, setelah melalui
kegelisahan yang teramat panjang, akhirnya Bu Kus sampai juga di Jakarta.”
Di rumah
Wawuk
“Wawuk,
anak perempuannya, kaget setengah mati melihat pagi-pagi ibunya di muka
rumahnya setelah turun dari taksi sendirian.”
Tengah
malam
“Tengah
malam giliran Wawuk yang tak bisa tidur.”
Kamar Bu
Kus
“Wawuk
bangkit dari pembaringannya, pelan masuk ke kamar ibunya.”
Dapur
“Mendadak terdengar
panci jatuh, Wawuk bergegas ke dapur.”
Hotel
Sahid Jaya (ruang resepsi)
“Penjagaan
ketat mewarnai ruang resepsi Hotel Sahid Jaya.”
Di rumah
pengantin baru, seminggu kemudian
“Seminggu
kemudian, di rumah pengantin baru di kamar penyimpanan kado.”
Sudut Pandang : Orang ketiga serba tahu
Tokoh dan Penokohan :
* Bu Kustiyah
: keras kepala, teguh pendirian, sangat menghormati atasan, sederhana
* Wawuk : sangat
hormat kepada ibunya
* Pak Hargi :
berwibawa
* Totok : patuh
kepada mertua
* Putra Pak
Hargi : agak sombong
Gaya Bahasa :
* Diksi
Perkotaan: hotel, stasiun kereta api, VIP
Pedesaan: panci, tiwul, bakul
Tahapan alur novel, cerpen dan drama adalah sebagai berikut:
1. Tahap
perkenalan
2. Tahap konflik
awal dimana masalah mulai muncul
3. Tahap
konflikasi dimana konflik mulai menajam dan permasalahan mulai lebih serius
4. Tahap klimaks
dimana pada tahap ini merupakan puncak dari permasalahan
5. Tahap anti klimaks dimana konflik mulai menurun
6. Tahap
resolusi (penyelesaian) dimana pada tahap ini konflik telah selesai dan telah
menemui penyelesaian.
Follow Us
Stay updated via social channels